Cara Membaca Lafadz بٱل٘غَدَوٰةِ Tajwid GW
GW - Membaca Al-Qur’an itu mudah tapi jangan dipermudah (menyepelekan), artinya membaca dengan seenaknya sendiri dan semaunya sendiri tanpa adanya aturan dan mengenyampingkan tanda baca, hukum bacaan, harakat, dan hak-haknya huruf.
Padahal
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang harusnya dijaga keaslinya dan kemurnianya,
baik meliputi cara baca, dan tulisanya. Jangan sampai ada oknum-oknum yang masuk
dan merusak demi kepentingan memperkaya diri. Dengan cara membuat Al-Qur’an
yang tidak sesuai standarnya, tidak mengikuti aturan, ilmu dan ketentuan dari
guru2 yang ahli. Belum juga ahli dalam bidangnya namun berani membuat
standarnya sendiri.
Mengenai
بٱل٘غَدَوٰةِ
bagaimana
cara membacanya ? apakah wawu itu fathah satu alif atau dalnya fathah satu alif
? atau mungkin wawunya tidak terbaca ? atau barangkali dalnya terbaca pendek kemudian wawu terbaca panjang satu alif ?
Penjelasan
dalam buku fathul mannan karangan KH. Maftuh Bastul Birri gamblang sekali diterangkan
yang diibaratkan seperti halnya dalam penulisan lafadz الدّين يوم مَلِكِ
surat al-fatihah ayat 4. Kalo pada RU atau rosm ustmany مَـٰلِكِیَوۡمِ ٱلدِّینِ Ada alif
kecil atau fathah panjang kecil diantara mim dan lam.
Ada
berbagai macam versi penulisan mengeai مَـٰلِكِ
akan tetapi ada penulisan yang hanya memenuhi haknya terbaca panjang dan tidak
tahu aka nasal usulnya, ada juga yang menuliskan pendek sesuai dengan imamnya,
yang mana tidak lagi menjadi isim fa’il dan ma’nanya pun berbeda.
Bentuk
versi penulisan مَـٰلِكِ yang beredar
- Versi terbaca panjang namun tidak tahu asal usulnya (bentuk lafadz dan ma’nanya) مٰلِكِ
- Versi terbaca panjang namun menyalahi tidak bisa terbaca pendek مَالِكِ
- Versi pendek yang tidak memenuhi haknya dibaca panjang مَلِكِ
Aturan
jarak longgarnya penulisan perhurufnya, tidak tertulis tumpuk dan lain
sebagainya banyak berbeda dengan aturan Mushaf lain. Ini semua perlu
diperhatikan demi kesempurnaan penulisan yang mengandung rahasia ilmiyah untuk
dibaca dengan tartil sesuai tajwid dan lain sebagainya.
Penjelasan
lain dalam perumpamaanya lafadz قُرْءَانًا Dalam surat yusuf ayat 2 dan surat
Az-Zukhruf ayat 3. Kalau di tulis قُرْٓنْ
atau قُرْٰنْ
tidak
bisa dibaca, yang mana akhirnya ditambahi alif pada Mushaf Rosm Ustmany,
menyalahi Rosm Ustmany. Kalau ditulis dengan hamzah fathah lalu alif kecil قُرْءَٰنًا,
disamping enak dibaca, maka juga akan tahu jika memang dari ketetapan Nabi Saw
itu tidak ada alifnya.
Kalau
ditandai dengan fathah saja, akhirnya nanti akan menambah alif banyak sekali
seperti pada mushaf RU. Dengan alasan ada ‘Ulama yang memperbolehkan merubah
RU, jadi huruf kecil dipasangi itu untuk menunjukkan bacaanya atau menunjukkan
huruf yang tidak tertulis tapi terbaca.
Kemudian
bagaimana dengan kasroh berdiri ? dhommah terbalik ? kalo dengan tanda seperti
itu dalam bukunya fathul mannan dikatakan bahwa tanda seperti itu tidak ilmiah
dan masih buta akan ilmu di karenakan hanya terpenuhi terbaca panjangnya saja,
namun haknya terbaca pendek tidak terpenuhi.
Jadi dalam membaca lafadz بٱل٘غَدَوٰةِ wawunya tidak terbaca alias kosong tidak berharakat, pada kejadian ini maka akan tercipta hukumnya mad lin karena adanya fathah yang dibarengi dengan wawu mati, dengan alasan itulah maka tertandainya alif kecil supaya tidak dibaca wawu atau ya’ lin. Yakni agar di baca بِالْغَدَاةِ Yang dari penulisannya awal بٱل٘غَدَوٰةِ Bisa terpenuhi haknya untuk dibaca panjang dan juga pendek.
Tidak ada alasan lain mengapa ko tidak ditulis alif saja, ko ribet sekali ditulis dengan alif kecil, sudah dikatakan dengan jelas diatas mengenai alasannya, supaya tahu akan asal-usul dari sebuah lafadz yang ada. Salam sehat selalu dari griyawaras.com see u next time !
GW Berbagi
Belajar : Akhlak
Belajar : Fiqih
Belajar : Tajwid
Posting Komentar untuk "Cara Membaca Lafadz بٱل٘غَدَوٰةِ Tajwid GW"